Entri Populer

Kamis, 28 April 2011

Secangkir Kopi Pahit

Belakangan saya sering ngopi, pun kopinya sudah ada judulnya alias ngefans sama kopi dari Bandung, jenis Arabica yang berasal dari jalan Braga, ya mereknya Aroma.  Belinya di Papaya Blok M, toserba khusus makanan Jepang.   Saya pilih kopi yang masih belum digiling alias biji kopi seberat 250 gram.

Setelah itu saya blender, dengan hasil biji berubah jadi seperti pasir kasar siap seduh.  Sehabis pulang kerja atau pada pagi hari adalah waktu favorit saya.  Kalau pulang kerja rasanya mengingatkan saya pada rumah yang beraroma 'home sweet home' kalau pagi hari rasanya membangkitkan semangat perjuangan 'hari masih panjang'.

Sudah hampir 2 tahun saya menggandrunginya, merasakan kentalnya kopi merobek-robek dinding tenggorokan yang meluncurkan suara berat ini. Yap, inilah salah satu kegiatan yang cukup membahagiakan saya - kalau boleh dibilang menyeruput secangkir kopi pahit untuk dapat merasakan manisnya lika liku hidup yang kadang berat kadang ringan atau in between alias ngga jelas.

Well, buat siapa saja yang punya hobi sama seperti saya, saya anjurkan untuk tetap bisa bersyukur dan pandai berseruput, karena beban hidup yang makin berat di Ibukota bukan tidak mungkin melupakan kita betapa asyiknya aksi syukur dan seruput ini.

Buat yang belum punya hobi ini, layak dicoba - setidaknya ada passion begitu nyampe rumah setelah bermacet-macet di jalanan Ibukota yang sekali lagi boro-boro ramah, tapi amit-amit karena ulah penilep uang pajak yang seharusnya membuat jalan yang nyaman, bersih, mulus alias tidak berlubang, dan aman.

Secangkir kopi pahit memang tidak akan berasa apa-apa kalau kita tidak bersifat manis terhadap hidup ini.  Jadi apapun merek kopi anda atau seruputan anda, saya yakin anda masih dan harus bersyukur dan berseruput!

Aku cinta secangkir kopi pahit dengan kenangan manis di dalamnya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar