Entri Populer

Jumat, 06 Mei 2011

Sana Sini

Untuk engkau yang kausebut dalam relung hati...
Tak perlu begini atau begitu....
Relung hati hanya akan nyaman selama kau terima semua...
Bukan untuk menolak...

Kau kan ku peluk...untuk kulepas
Lalu terbawa angin dan menjelma menjadi hujan

Untuk kau yang disana, bukan di sini
Tapi di sini masih ada di sana...

Senin, 02 Mei 2011

Cinta Satu Hari - Air Terjun Cibeureum Kebun Raya Cibodas


Hayo siapa mau nongkrong di atas batu sungai dengan air yang jernih mengalir deras?

Ya, itulah ajakan saya untuk siapa saja yang menginginkan suasana damai, tenang, sejuk, dan tentu saja segarrrr!

Ngga terlalu jauh dari Jakarta, saya merujuk kepada Kebun Raya Cibodas, Cipanas, Jawa Barat yang hanya berjarak sekitar 90km dari Jakarta.  Batu yang saya duduki ini letaknya bersebelahan dengan Lapangan Golf Kebun Raya Cibodas.  Dengan berjalan melipir di tepian lapangan golf, kira-kira 400-500 meter dari parkiran mobil kita sudah bisa sampai di sini.

Sebelum sampai di sini, saya juga punya foto yang ngga kalah menariknya:



Yap, latar belakang Gunung Pangrango, lagi-lagi dengan udara yang tentu saja dengan udara yang masih sangat segar. Untungnya dengan melintasi lapangan golf 9 holes ini adalah pandangan yang terhampar tanpa halangan.

Diselingi kabut tipis yang turun dengan malu-malu saya tiba di lokasi sekitar pukul 7 pagi, setelah berangkat dari Ciputat, Jakarta sekitar pukul 3.15 pagi dan mampir sholat Shubuh di Mesjid Attawwun Puncak disambung ke Pasar Cipanas untuk Sarapan dan beli sedikit sayur-sayuran segar.

Ngomong-ngomong mau tahu berapa lama saya sampai di Mesjid Attawwun Puncak dari rumah saya di Ciputat? 1 Jam? Bukan! Hanya 40 Menit! Bayangkan kalau ditempuh di pagi atau siang hari yang bisa sampai 2 jam-an!

Setelah puas bareng istri menikmati sungai kecil yang mengalir dengan deras di tepi padang golf dan tepi kebun sayur mayur petani lokal, akhirnya kami memutuskan untuk beranjak.

Kebetulan saat hendak beranjak, kami bertemu dengan caddy pria yang menyarankan kami untuk melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Cibeureum yang menurut beliau tidak sesulit dulu.  Yaitu tidak perlu melintasi daerah rawa-rawa, karena sudah dibuatkan 'fly over'.

Setelah berunding dengan istri jadilah kita sambangi air terjun Cibereureum yang ternyata lumayan juga jarak tempuhnya, yaitu sekitar 2,8 km nanjak.  Setelah membayar per orang Rp 3.000,- kami pun melangkahkan kaki.

Perjalanan langsung disambut tantangan tanjakan yang lumayan dahsyat untuk kaki kami yang sudah jarang berolahraga.  Tetapi rasa lelah dan malas segera tergantikan dengan keriaan karena suasana yang masih ramai oleh kicau burung dan rombongan pendaki gunung, baik dari kalangan mahasiswa atau pecinta alam.

Pit stop pertama kami adalah Telaga Biru.  Sebuah telaga kecil berwarna biru yang akan bertambah biru seiring dengan pertumbuhan algae atau ganggang yang ada di dalamnya, berikut fotonya:

Telaga Biru di latar belakang sedang menerima sinar mentari pagi


Perjalanan dilanjutkan ke atas lagi, mendaki bebatuan di sepanjang jalur pendakian resmi Gunung Gede Pangrango.  Dengan terpaan sinar matahari pagi yang masih sangat segar, semangat menaklukkan 'ganasnya' medan tak pernah susut.

Di sepanjang perjalanan ini pula, saya menyempatkan diri untuk mengambil foto berdua:

Foto Ber-2 Istri - Di bawah sinar Matahari pagi yang hangat

Dan tak lupa foto Gunung Pangrango:

Pangrango dibalut kabut tipis - pamerkan kemolekannya....
Indah bukan....

Perjalanan masih berlanjut...hingga singkat cerita sampailah di Air Terjun Cibeureum...dengan 3 air terjunnya (saya hanya ambil 2):

Air Terjun Besar


Air Terjun sedang yang berada di tengah dan mengandung belerang (tidak dapat dimimum airnya)

Demikianlah cinta satu hari kami dalam perjalanan ke Air Terjun Cibeureum, Kebun Raya Cibodas.  Yuk kita ke sana lagi kapan-kapan....


Selamat Hari Senin

Selamat hari Senin, ya itulah yang ingin saya sampaikan saat ini.  Sudah terlalu umum kan kita mendengar bahwa hari Senin adalah hari yang menyebalkan?  Masih males karena jetlag liburan di hari Sabtu dan Minggu?  Well, semua tergantung cara kita memandangnya bukan?


Khusus untuk saya, kadang sindrom Monday blues kadang menghampiri - entah karena stamina yang terkuras habis di hari Sabtu dan Minggu atau karena belum punya rencana kerja atau kegiatan yang jelas di minggu baru. Inilah mungkin yang jadi penyebabnya kali ya?  Belum ada rencana.  


Yo wis saya akan bikin rencana singkat deh:
1. Mengetahui tentang tempat dimana saya dapat melakukan vaksin Meningitis untuk bekal pergi umroh di bulan Juni 
2. Membuat business plan yang lebih applicable
3. Makan siang dengan porsi nasi separo (karena perut yang cenderung terus gendut)
4. Ke Wakala Sidi Abbas mengetahui harga dirham (mau jual 1 keping untuk tambahan biaya Umroh)
5. Baca Surat Waqiah pas habis sholat Ashar


Itu dulu kali ya, mudah-mudahan tercapai semuanya...Amin

Jumat, 29 April 2011

Selamat Hari Jum'at

Entah Jum'at ke berapa yang sudah saya lalui, artinya Sholat Jum'at sejak kecil hingga sekarang.  Rasanya belum ada yang terlalu membekas ceramah atau suasana Jum'atan di mesjid-mesjid yang pernah saya singgahi.

Apakah saya kehilangan makna kalau begini?  Mudah-mudahan tidak, karena saya selalu berpikiran positif akan hari Jum'at.  Alih-alih ngga nemuin kekhusyukan, saya ngga mau melempar bola panas bahwa orang lain atau suasana sekitarnya lah yang jadi penyebab.

Saya ingin introspeksi, that's it!

Barangkali saya belum paham betul dan berusaha sepaham-pahamnya memuliakan hari Jum'at atau mungkin saya terlalu egois, maunya enak saja.  Sholat Jum'at adalah sebuah ritual, tanpa melihat landasan ilmunya sekaligus prakteknya yang belum saya jalankan.

Setahu saya ritual hari Jum'at sudah dimulai di malam sebelumnya, yaitu malam Jum'at.  Karena itu, supaya start-nya ngga terlambat dan puncaknya di hari Jum'at, maka persiapan harusnya sudah dimulai semenjak hari  Kamis.  So simple, isn't it?

Sekarang beralih ke amalan-amalan di hari Jum'at, banyak yang bilang kudu banyak sedekah dan amal jariyah.  Mudah-mudahan saya bisa melakoninya dengan ikhlas dan lapang dada.  Karena saya percaya bahwa tujuan amal jariyah atau sedekah adalah menghilangkan kepelitan dalam dada dan menggantinya dengan keikhlasan bahwa dalam rejeki kita ada rejeki orang lain.

Well, mudah-mudahan refleksi singkat ini dapat saya jalani dengan baik.

Amin bukan Amien.

Kamis, 28 April 2011

Ambil Hikmahnya, Jangan Ambil Kenangannya

Belakangan sering kepentok dalam hidup, apa daya karena semenjak berumah tangga memang mandiri alias nyari makan sendiri eh berdua deh sama istri.  Tapi alhamdulillah, belakangan jadi agak sedikit 'wise' karena menerapkan usaha sabar ekstra.

Usaha sabar ekstra lebih bersifat ke dalam diri saya pribadi: introspeksi, introspeksi, introspeksi dan belajar alias ambil hikmah, ambil hikmah, ambil hikmah buang kenangan, buang kenangan, buang kenangan.  Biar saya lebih yakin dan tersugesti yang baik-baik.  Buang kenangan artinya walaupun menyakitkan atau menyenangkan itu ngga penting yang penting hikmahnya.

Selama berkarir dalam hidup ini, hikmah itu kadang datangnya belakangan.  Bukan pada saat on the job atau on the position, tetapi setelah tidak on the job atau on the position.

Berusaha memikirkan hikmah membutuhkan kematangan pribadi dan kejujuran serta kesabaran.  Intinya kalau ditelesuri lebih lanjut kita harus pandai dan tambah pandai setiap harinya dalam menyikapi tanda-tanda.

Ya tanda-tanda itu bisa positif atau negatif yin atau yang.  Jadi saya akan ambil hikmahnya lebih banyak ketimbang kenanganannya, karena hidup dalam kenangan sama saja hidup di masa lalu, sedangkan hidup dalam hikmah bisa rewind sekaligus forward.

Selamat menikmati hikmah dengan bersabar, instrospeksi dan jujur.

Salam

Secangkir Kopi Pahit

Belakangan saya sering ngopi, pun kopinya sudah ada judulnya alias ngefans sama kopi dari Bandung, jenis Arabica yang berasal dari jalan Braga, ya mereknya Aroma.  Belinya di Papaya Blok M, toserba khusus makanan Jepang.   Saya pilih kopi yang masih belum digiling alias biji kopi seberat 250 gram.

Setelah itu saya blender, dengan hasil biji berubah jadi seperti pasir kasar siap seduh.  Sehabis pulang kerja atau pada pagi hari adalah waktu favorit saya.  Kalau pulang kerja rasanya mengingatkan saya pada rumah yang beraroma 'home sweet home' kalau pagi hari rasanya membangkitkan semangat perjuangan 'hari masih panjang'.

Sudah hampir 2 tahun saya menggandrunginya, merasakan kentalnya kopi merobek-robek dinding tenggorokan yang meluncurkan suara berat ini. Yap, inilah salah satu kegiatan yang cukup membahagiakan saya - kalau boleh dibilang menyeruput secangkir kopi pahit untuk dapat merasakan manisnya lika liku hidup yang kadang berat kadang ringan atau in between alias ngga jelas.

Well, buat siapa saja yang punya hobi sama seperti saya, saya anjurkan untuk tetap bisa bersyukur dan pandai berseruput, karena beban hidup yang makin berat di Ibukota bukan tidak mungkin melupakan kita betapa asyiknya aksi syukur dan seruput ini.

Buat yang belum punya hobi ini, layak dicoba - setidaknya ada passion begitu nyampe rumah setelah bermacet-macet di jalanan Ibukota yang sekali lagi boro-boro ramah, tapi amit-amit karena ulah penilep uang pajak yang seharusnya membuat jalan yang nyaman, bersih, mulus alias tidak berlubang, dan aman.

Secangkir kopi pahit memang tidak akan berasa apa-apa kalau kita tidak bersifat manis terhadap hidup ini.  Jadi apapun merek kopi anda atau seruputan anda, saya yakin anda masih dan harus bersyukur dan berseruput!

Aku cinta secangkir kopi pahit dengan kenangan manis di dalamnya!

Kalau Saya Jadi Blogger

Halo semua yang baru baca edisi perdana blog saya di tahun ini (ya, karena sebenarnya saya dulu beberapa tahun yang lalu pernah mencoba tapi gagal) saya ucapkan hai, halo, apa kabar, salam, dll.

Judulnya kok begitu banget ya? "Kalau Saya Jadi Blogger" emangnya kenapa? Ya sebab itu tadi, saya ini angin-anginan, angat-angat tai ayam (sori jek, bukan maksud sarkas atau kasar) tapi itulah: penyakit lama: nunda-nunda nulis.

Okaylah kalau begitu, jadi apa yang mau disampaikan nih? Well, pertama mudah-mudahan saya dapat terus nulis, bukan untuk show-off, tapi lebih untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pendapat.  Karena kalau dipikir-pikir kalau kebiasaan nulis ini ngga dimulai-mulai kapan lagi?  Pengalaman yang sudah saya singgung di awal adalah buktinya.

Dulu pernah buka blogspot lalu wordpress, semuanya gagal, cuma 1-2 tulisan doang.  Mudah-mudahan yang sekarang lancar.  Karena mungkin lebih terbuka dan ada passion yang kuat untuk nulis.

Bicara soal passion, ini juga yang mendasari saya nulis lagi.  Passion itu selain harus dimengerti juga harus dicari.  Caranya dengan menulis salah satunya.

Kedua, bicara soal tulisan, kayaknya kalau mau terus eksis dalam artian sempit aja dulu, otak saya kepake untuk berpikir dan mungkin bertukar pikiran dengan rekan blogger lain - ya menulis itulah jawabannya.

So, saya masih perlu banyak belajar dan 'jam terbang' tambahan yang banyak - makdarit - maka dari itu - saya meng-encourage diri saya sendiri untuk terus menulis.  Dan mohon bantuan dari rekan blogger sekalian untuk memberi support berupa kritik, tanggapan, atau apa saja yang blogger sekalian anggap penting.

Tetap semangat untuk diri saya sendiri!